Your Mind, the Greatest Barrier
Dulu, gue selalu mikir kalau lari di atas 10K itu sesuatu yang ga bisa gue capai. Entah kenapa, angka 10K seperti jadi batas psikologis yang nggak bisa gue lewatin. Tapi ternyata, batas itu cuma ada di kepala gue.
Awal tahun ini (1/1), gue akhirnya mencoba lari lebih jauh, dengan semangat cetak mileage tahun baru. Karena belum mampu lari 20-25K, gue akhirnya coba 11,25K—dan gue berhasil! Untuk pertama kalinya, gue ngelewatin 10K.
Itu rasanya kayak buka pemahaman baru—ternyata gue bisa. Setelah itu, secara bertahap gue mulai nambah jarak. 19 hari setelahnya, gue berhasil lari 12K. Terus, di awal Februari (2/2), gue naikkin lagi sampai 14,41K. Tapi di titik ini, gue sadar kalau progres yang terlalu cepat bisa jadi bumerang.
Setelah long run 14,41K itu, gue malah demam. Mungkin karena naikin mileage terlalu cepat tanpa kasih tubuh waktu buat adaptasi. Dari situ, gue mulai evaluasi strategi gue naikin endurance.
Daripada maksa mileage, sekarang gue lebih fokus ke durasi. Gue putusin buat long run, ngejar durasi 60-90 menit. Dengan cara ini, gue yakin bisa tetap progres tanpa terlalu ngebebanin tubuh. Gue juga percaya kalau makin sering lari dalam rentang waktu ini, pace bakal naik dengan sendirinya.
Dari situ, mulai kepikiran buat lari Half Marathon (21K). Gak ikutan race karena buat gue too much hassle, dan jujur aja gue nggak terlalu tertarik sama event. Lebih ke tantangan pribadi aja, kalau kata orang self-challenge.
Selama riding, gue itung, dari rumah ke CFD kira-kira ada 21K—kenapa nggak satu hari gue coba? Ga tahu kapan sih, cuma biar jadi target yang terbayang di belakang kepala.
So sekarang, fokus gue: konsisten lari dengan durasi yang masuk akal, nikmatin progresnya, dan ngeliat sejauh mana gue bisa berkembang.
Mungkin nanti, tanpa sadar, gue siap buat Half Marathon. Wish me luck, guys!