This is Your Day, Sir

Square

Setiap tanggal 5 Oktober, selalu ingat Almarhum Papi. Dia tentara, angkatan darat, pangkat kolonel. Dia kakak bokap, punya tiga orang anak yang semua nya perempuan. Karena sama sama tinggal di Jakarta, dan hubungan nya cukup dekat, jadi Saya menghabiskan masa kecil bersama Papi dan kakak kakak perempuan saya itu.

Karena mereka ga punya anak laki laki, akhirnya saya dianggap anak laki laki bungsu mereka. Dari pihak mami sebenernya ada adik adiknya yang punya anak laki laki juga, cuma entah kenapa memang tidak sedekat kami. Saya sih seneng seneng aja, lagian saya ga punya kakak, perempuan. Kalo kakak cowo saya punya sepupu jalur nyokap, yang pas tinggal sekomplek, jadi cukup lengkap lah saya merasakan punya kakak laki dan perempuan.

Kalau ingat cerita Papi dan Mami ketemu, mirip cerita sinetron, Papi waktu itu post di Kalimantan Barat (era konfrontasi dengan malaysia) dan Mami datang kesana, menghibur. Mami ini penyanyi cuma segitu yang saya tahu dan baru pas nulis ini juga sadar, cerita mereka seperti roman roman di novel atau cerita film amerika era vietnam gitulah.

Kalo saya nginep kerumah dari kecil, pasti dimanja, makan pasti enak, kalo dirumah ga boleh disana bebas, seru lah kalo diingat masa kecil saya. Diruang tengah rumah mereka, seingat saya dari kecil ada photo diri Papi lengkap dengan seragam PDH nya. Setiap baru sampai dirumah itu, saya selalu tertegun sejenak didepan photo itu, berdiri aja khidmat sebentar, sambil dikepala mikir “gagah Papi pake baju seragam” selalu begitu. Terakhir saya begitu mungkin saat Papi akan berangkat ke tempat peristirahatan terakhirnya di Taman Makam Pahlawan.

Papi laki laki yang tidak banyak bicara, tapi once He speak, we always listen full attention, typical tentara lah dia itu. Ga ngomong aja vibes nya udah tegas. Dia pernah ke US untuk belajar, west point mungkin. Dia juga bisa menerbangkan helicopter. Satu hal yang khas dia adalah kacamata gelap penerbangnya dan cara jalannya yang berwibawa. Pokoknya gagah lah, Papiku ini.

Sebenernya papi pingin saya ikutin jejaknya jadi Tentara, biasa lah karena ga punya anak laki laki jadi berharap ada yang meneruskan jejaknya jadi patriot, tapi anaknya ini lebih ke seniman bingung daripada tentara, maafkan.

Satu hal sebelum dia pergi, saat saya menikah dia menulis surat untuk kami me and my (ex) wife. intinya berumah tangga seperti berlayar, kadang ada batu karang, badai yang bisa membuat kapal karam, intinya itu semua harus dihadapi dengan berani. Saat dimakamkan saya malah tidak menangis, saya menangis setelah hari pertama pengajian dan melihat surat itu dimeja kerja saya.

Surat itu akhirnya saya bingkai dan saya pasang di ruang kerja saat itu.

Its been 15 years Papi left, But his spirit and legacy always remain

Dirgahayu TNI ke 79, It’s Your Day Pap *salut!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *